Wednesday, December 24, 2014

Menteri BUMN Minta Dirut PLN Yang Baru Kelola Utang PLN 471 Trilyun

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno meminta Direktur Utama PLN yang baru, Sofyan Basir untuk mengelola utang PLN yang mencapai Rp471 triliun.

"Utang PLN cukup besar, ke depan salah satu tantangannya bagaiman me-manage utang dengan baik, juga mencari pembiayaan proyek-proyek PLN ke depan," ungkapnya, Selasa (23/12/2014).

Dia yakin, Sofyan yang memiliki latar belakang bankir dapat menangani utang PLN yang cukup besar itu. Tidak hanya handal sebagai bankir, Sofyan juga dinilai handal mengelola sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak pula.

Mengacu pada laporan keuangan PLN per 30 September 2014, utang bank dan surat utang jangka panjang mencapai Rp70,7 triliun, naik 6,42% dari periode yang sama tahun lalu Rp66,4 triliun. Utang obligasi tercatat naik tipis menjadi Rp81,2 triliun dari Rp81 triliun.

Utang jangka panjang jatuh tempo dalam setahun PLN hingga kuartal III/2014 berupa utang bank dan surat utang jangka menengah mencapai Rp14,6 triliun dari sebelumnya Rp8,3 triliun. Utang obligasi tercatat mencapai Rp1,5 triliun dari sebelumnya Rp2,8 triliun.

Secara keseluruhan, jumlah liabilitas jangka panjang PLN mencapai Rp381,5 triliun, naik dari kuartal III/2013 sebesar Rp374,3 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat mencapai Rp89,4 triliun dari sebelumnya Rp88,3 triliun.

Rasio utang PLN terhadap ekuitas yang telah melebihi 250% membuat perseroan sulit meraih pinjaman. Padahal, kebutuhan belanja modal (capital expenditure/Capex) yang mencapai Rp50 triliun setiap tahun, sebanyak 50% diperoleh dari utang.

Adapun, total liabilitas PLN mencapai Rp471,06 triliun dari sebelumnya Rp462,64 triliun. Sedangkan ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp150,2 triliun dari sebelumnya Rp133,23 triliun.

Hingga triwulan ketiga tahun ini, pendapatan usaha PLN mencapai Rp218,67 triliun, naik dari tahun lalu Rp184,66 triliun. Laba bersih PLN tercatat mencapai Rp15,2 triliun dari sebelumnya mengalami rugi bersih Rp21,43 triliun.